Senin, 10 Januari 2011

Sistematika Hewan Vertebrata


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam. Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam, maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup. Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka diperlukan cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).
Klasifikasi hewan adalah pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan mengenali jenis-jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis. Hal itu disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan atas persamaan dan perbedaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan.
Praktikum SHV merupakan salah satu mata mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa Biologi semester 5 dengan bobot 1 sks. PKL ini harus diadakan supaya mahasiswa terjun langsung mengamati spesies yang akan diamati untuk diidentifikasi dari golongan aves dan mamalia, sehingga mahasiswa lebih paham dan mengerti.  Praktikum di lapangan di lakukan dua kali yaiti PKL mandiri yang dilaksanakan oleh mahasiswa dengan menentukan sendiri lokasi praktek dan PKL bersama yang dilaksanakan di Gembira Loka di Yogyakarta.
Gembiroloka adalah suatu tempat rekreasi atau wisata yang terletak di Yogyakarta dan merupakan tempat hunian atau habitat buatan para binatang langka dan dilindungi, dihuni ± 311 jenis binatang, 200 koleksi tanaman. Serta memiliki 20 unit  aquarium air tawar dan laut. Karena banyaknya jenis binatang, maka digembiroloka sering dijadikan wahana pendidikan bagi para siswa maupun umum.

B.     TUJUAN
1.      Mempelajari bagian – bagian luar tubuh anggota Aves yang penting untuk diidentifikasi.
2.      Mempelajari  bagian – bagian tubuh dan ciri – ciri mamalia yang penting untuk diidentifikasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dedy (2008), menyatakan bahwa binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Otak mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung yang beruang empat. Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan hingga 46 ordo, meskipun hal ini tergantung klasifikasi ilmiah yang dipakai. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau marsupial).
Ais (2009), menyatakan bahwa mamalia adalah kelompok satwa yang menempati semua posisi pada matarantai makanan, khususnya sebagai konsumen pada tingkat pertama sampai dengan tingkat terakhir, di luar proses detritasi. Selain itu, mamalia memiliki peran yang cukup besar dalam sistem keseimbangan lingkungan, sebagai mangsa dan sebagai pemangsa, terutama dari ordo Carnivora, yang memiliki peran predasi. Beberapa jenis kucing liar di Indonesia, memiliki kemampuan untuk menekan perkembangan jumlah species mamalia tertentu, seperti jenis-jenis pengerat. Beberapa jenis mamalia saat ini sesungguhnya telah tersentuh oleh domestikasi, seperti sapi, kerbau, kambing, kucing, kuda, dan beberapa lainnya. Sebaliknya, lebih banyak lagi jenis mamalia yang sama sekali masih sangat “liar”, dalam arti tidak bersentuhan dengan perilaku manusia secara alami. Karena itu, jenis-jenis mamalia yang liar ini, menjadi kurang terdata dan sedikit sekali pengetahuan kita mengenai kehidupannya.
Iqbal Ali (2008), menyatakan bahwa aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves atau burung memiliki ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa terbang. Kelas aves adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu, (jangan salah mamalia berambut, bukan berbulu). Hal ini merupakan keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut. Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya. Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:
  • Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
  • Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
  • Plumae, Bulu yang sempurna.
  • Barbae
  • Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Andy (2007), menyatakan bahwa burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Meskipun burung berdarah panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk. Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya. Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
Maskoeri Jasin (2004), menyatakan bahwa sistematik merupakan salah satu cabang biologi yang membahas tentang klasifikasi atau penggolongan makhluk hidup. Sistematik meliputi taksonomi atau klasifikasi, ekologi, penyebaran, dan evolusi hewan. Klasifikasi bertujuan untuk mempermudah mempelajari hewan, tetepi yang lebih penting adalah untuk menunjukkan kekerabatannya.  Klasifikasi system ilmiah dijelaskan dengan teori evolusi dan mencoba mencari kekerabatan darah (Filogenetik) dan hubungan menunjukkan dalam tahap – tahap pertumbuhan embrio (onthogenik). Rangka dasar dalam klasifikasi biologi adalah spesies. Spesies adalah kelompok individu yang mempunyai ciri – ciri umum yang berbeda dari yang lain. Individu dari spesies berasal dari nenek moyang yang sama mempunyai kekerabatan darah dan dapat dikawinkan satu dengan lainnya hingga menghasilkan keturunan yang mirip dengan kedua orang tuanya.
Campbell (2004), menyatakan bahwa hampir setiap bagian dari anatomi burung yang khas termodifikasi dalam beberapa hal untuk meningkatkan kemampuan terbang. Tulang-tulang burung memiliki struktur internal yang menyerupai sarang lebah, yang membuat mereka kuat namun ringan. Untuk classis Mammalia memiliki rambut, suatu karakteritik penentu seperti bulu terbang pada burung. Sebagian besar Mammalia memiliki metabolisme yang aktif dan merupakan hewan endoterm.
Faatih (2008), menyatakan bahwa binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya, adanya rambut, dan tubuh yang endoterm atau “berdarah panas”. Otak mengatur system peredaran darah, termasuk jantung yang beruang empat. Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan hingga 46 ordo, meskipun hal ini tergantung klasifikasi ilmiah yang dipakai. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau marsupial).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar