Rabu, 06 April 2011

Laporan Budidaya Jamur Tiram


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Jamur digolongkan ke dalam organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak mampu menghasilkan zat-zat hidupnya sendiri sehingga harus mengambilnya dari organism lain, seperti kayu yang membusuk atau batang pohon. Menurut subkelasnya, jamur dibedakan menjadi dua, yakni Ascomycetes dan Basidiomicetes. Jamur dari subkelas Basidiomycetes lebih mudah diamati karena ukuran tubuh buahnya yang cukup besar, tidak seperti dari subkelas Ascomycetes yang berukuran sangat kecil (mikroskopis).
Berdasarkan media tumbuhnya, jamur konsumsi dibedakan menjadi dua yaitu, jamur kayu dan jamur merang. Sebutan jamur kayu diberikan berdasarkan pada media tumbuhnya. Disebut jamur kayu karena media tumbuhnya berupa bahan-bahan yang berkaitan dengan kayu, seperti kayu gelondongan, serpihan kayu, atau dari serbuk gergaji. Di alam, jamur-jamur ini banyak dijumpai menempel pada pokok-pokok kayu yang telah lapuk atau pada pangkal-pangkal pohon. Sebenarnya istilah “jamur kayu” untuk sekarang ini kurang tepat, karena limbah-limbah yang mengandung selulosa (mengandung karbohidrat) dan lignin, seperti jerami, kapas, dedak, daun pisang, dan tongkol jagung pun sudah dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur kayu. Karena itu, praktisnya, sekarang disebut nama jamurnya saja, misal jamur shiitake, jamur kuping, dan jamur tiram.
Ciri-ciri fisik jamur tiram yaitu bentuk tudungnya menyerupai cangkang kerang dengan diameter antara 5-15 cm. Permukaannya licin dan menjadi agak berminyak ketika berada dalam kondisi lembab. Bagian tepinya agak bergelombang. Letak tangkainya lateral atau tidak ditengah, tepatnya agak disamping tudung. Daging buahnya berwarna putih dan cukup tebal. Jika sudah terlalu tua menjadi alot dank eras. Warna tubuhnya berbeda-beda, sangat tergantung pada jenisnya. Misalnya Pleurotus ostreatus berwarna putih kekuningan, Pleurotus plorida berwarna putih bersih, bahkan ada yang berwarna merah muda, misalnya Pleurotus plabelatus. Namun jamur tiram yang banyak dijual di pasar dan telah dibudidayakan di Indonesia adalah Pleurotus ostreatus yang berwarna putih kekuningan. Di habitat aslinya, jamur tiram berasal dari kayu-kayu lunak, kayu pohon karet, kayu pohon kapuk, dan kayu pohon kidamar.
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur tiram. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pertanian jamur tiram. Media pembelajaran yang bertanggung jawab bagi penulis dalam memasuki dunia bisnis.

B.     Tujuan Praktikum
Mahasiswa mengetahui dan memahami cara budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus).

C.    Manfaat Praktikum
1.      Bagi Diri Sendiri
a.       Mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus).
b.      Mahasiswa dapat mengetahui hambatan-hambatan dalam budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus).
c.       Mahasiswa dapat terampil dalam melakukan budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus).
2.      Bagi masyarakat
a.       Memberikan informasi mengenai cara budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus).
b.      Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan kepada masyarakat.
c.       Sebagai referensi bagi masyarakat yang ingin mengembangkan usaha budidaya jamur tiram (Pleurotus ostreatus).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jamur termasuk dalam jenis sayuran yang mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang, seperti halnya kangkung, ketimun, kool, kembang kool, tauge, sawi. “Karena kandungan kalorinya rendah, jamur boleh dimakan sekehendak atau bebas tanpa memperhitungkan banyaknya.
Caray (2008) mengungkapkan bahwa budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas. Jenis-jenis jamur yang umum dibudidayakan ialah jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur payung (Lentinus edodes), dan jamur kancing (Agaricus Sp). Hasil panen jamur tersebut tak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri bahkan ada juga yang di ekspor, seperti jamur kancing dan jamur payung. Media untuk pertumbuhan jamur dapat menggunakan limbah yaitu limbah pertanian (merang dan daun pisang) dan limbah industri (serbuk gergaji). Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media juga bermacam-macam, sedangkan metode yang digunakan untuk budidaya jamur ini juga bermacam-macam, seperti cara ilmiah, konvensional, tradisional, dan semi modern.
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung  tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan (Anonim, 2009).
Selain kelembaban, suhu, sirkulasi udara dan cahaya  juga mempengaruhi pertumbuhan jamur. Suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembabon 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC. Sirkulasi udara akan mendukung terciptanya suhu dan kelembaban yang optimal dalam pertumbuhan jamur. Jika tidak maka pembentukan tubuh buah jamur akan terhambat ataupun tidak maksimal. Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar, Sebaiknya selama masa pertumbuhan misellium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar (Sukimin, 2008).
Tahapan budidaya jamur tiram sangat praktis dan sederhana, syaratnya antara lain, 1. Pencampuran median serbuk kayu, dedak atau bekatul, dan kapur dibasahi dengan air sehinga kadar kelembabannya 45 – 60%, 2. Media dimasukkan kedalam polybag atau kantong plastik lalu dipadatkan, 3. Dikukus minimal 3 jam lalu didinginkan, 4. Inokulasi dengan bibit jamur, 5. Digelapkan selama satu bulan dengan cara disimpan diruang gelap atau ditutup dengan terpal, 6. Setelah seluruh media berwarna putih, penutup dibuka atau polybag disayat, diberi pencahayaan sedikit dan penyinaran di lantai ruangan, 7. Jamur tiram siap dipanen dalam umur 3 – 4 hari (Alamsyah, 2009).
Jamur tiram memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolesterol, sebagai anti bacterial dan anti tumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidase. Selain itu, jamur tiran juga dapat berguna untuk membunuh nematoda. Jamur tiram ini memiliki manfaat kesehatan, diantaranya untuk mengurangi kolesterol dan jantung lemah. Dapat juga dijadikan obat penyakit liver, diabetes dan anemia. Jamur tiram juga dipercaya mampu menurunkan berat badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan (Anonim, 2010).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Tempat dan Waktu
1.      Tempat : Laboratorium Biologi (Laboratorium Jamur), Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2.      Waktu : 4-5 Bulan

B.     Alat dan Bahan
ALAT:
1.      Sterilisasi : drum, kompor minyak, thermometer, selang karborator.
2.      Fermentasi : skop, plastic terpal, corong, ember, timbangan, pengayak.
3.      Pembuatan Log : plastik log (polipropilen), cincin jamur, karet gelang, kertas penutup.
4.      Inokulasi : tongkat inokulasi, ember/baskom, alkohol 70%.
5.      Perawatan Jamur : penyemprot air uap.
BAHAN:
1.      Bibit jamur tiram putih Pleurotus ostreatus
2.      Serbuk gergaji keyu sengon
3.      Bekatul
4.      Calcit
5.      Pupuk kandang sapi
6.      Air
7.      Alat steam
8.      Minyak tanah

C.    Pelaksanaan Praktikum
1.      Pencampuran bahan
a.       Meletakkan bahan pada tempat yang datar dan kering.
b.      Mencampur komposisi dengan perbandingan :
·         Serbuk gergaji             : 100 kg
·         Bekatul                        : 10 kg
·         Batu kapur (CaCo3)    : 4 kg
·         Air                               : 7 ember (70 liter)
c.       Meratakan komposisi bahan tersebut sampai homogen dan tidak menggumpal.
d.      Mengecek kelembaban, apabila sudah lembab dihentikan.
e.       Menutup bahan dengan platik penutup dan memfermentasikannya selama 3-5 hari.
2.      Pembuatan log
a.       Menyiapkan alat dan bahan.
b.      Memasukkan komposisi bahan ke dalam plastik log.
c.       Menimbang bahan seberat 0,9-1 kg.
d.      Menambahkan pupuk kandang sapi sesuai perlakuan.
e.       Memasukkan cincin jamur pada ujung plastik.
f.       Mengikat ujung plastic pada cincin jamur dengan karet gelang.
g.      Menyumbat cincin jamur dengan kertas.
h.      Menutup cincin jamur yang sudah disumbat dengan kertas kemudian mengikatnya dengan karet.
3.      Sterilisasi log
a.       Memasukkan log pada alat steam.
b.      Menyalakan kompor dengan munyak tanah dan korek api.
c.       Mensterilisasi log pada suhu 1140C konstan selama 4-5 jam.
d.      Mendinginkan log pada tempat steril.
4.      Inokulasi bibit jamur ke dalam log dan pengamatan miselium
a.       Mensterilkan telapak tangan dengan menggunakan alcohol 70%.
b.      Membuka plastic yang menutup jamur pada log.
c.       Membuka sumbatan kertas pada cincin jamur.
d.      Mengeluarkan 3 sendok makan media dalam log dengan tongkat inokulasi selanjutnya menampung sisa media tersebut dalam ember atau baskom.
e.       Menginokulasikan bibit jamur kurang lebih 3 sendok makan ke dalam log menggunakan tongkat inokulasi.
f.       Menutup kembali cincin dengan kertas.
g.      Menginokulasikan log ke dalam ruang pembibitan.
h.      Mengamati pertumbuhan miselium jamur dalam log.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Budidaya jamur. http://usahajamur.co.cc/tag/sterilisasi-baglog/. Diakses pada tanggal 11 januari 2011.
Anonim.  2010. Jamur Tiram. http://id.wikipedia. Urg/wiki/Jamur_tiram, diakses pada tanggal 11 januari 2011.
Anonim, 2009. Pengembangan Usaha Budidaya Jamur Tiram (Pleorotus ostreatus).http://D:/budidaya%20jamur/budidaya%20jamur/PROPOSAL%20PENGEMBANGAN%20USAHA%20BUDIDAYA%20JAMUR%20TIRAM%20%28Pleurotus%20ostreatus%29%20part%201%20%C2%AB%20Organic%20Entrepreneur..Harmony%20of%20Humans%20and%20Nature.htm. diakses pada tanggal 25 Desember 2010.
Alamsyah. 2009. Tahapan Budidaya Jamur Tiram. http://my.Opera.com/Alamsyah1/blog/show.dml/4239905. diakses pada tanggal 11 Januari 2011.
Sukimin. 2008. Syarat Tumbuh Jamur Tiram. http://budidayajamurtiram.blogspot.com/2008/07/syarat-tumbuh-jamur-tiram.html. diakses pada tanggal 11 Januari 2011.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar